Dr. Jin Kyu (Suh) Robertson lahir dan dibesarkan di Korea. Beliau pernah bekerja sebagai buruh pabrik, pelayan, dan pembantu rumah tangga. Pada usia 22 tahun, beliau pindah (emigrasi) ke Amerika Serikat untuk menjadi pembantu rumah tangga (sebuah lowongan pekerjaan yang beliau temukan melalui sebuah iklan di koran terbitan Korea) dengan kondisi saat itu tidak bisa berbahasa Inggris dan hanya memegang sebuah tiket untuk pergi serta uang sebesar 100 Dolar Amerika. Pada usia 28 tahun menjadi tentara Amerika Serikat, kemudian pensiun dengan pangkat Mayor, mendapatkan gelar Master pada usia 43 tahun dan gelar Doktor pada usia 57 tahun (keduanya diraih di Harvard). Kini beliau adalah seorang pembicara motivasional yang inspiratif, penulis buku autobiografi dan penyiar di sebuah acara talk show "American Dreams: The Sky Is The Limit" di radio Voice America/World Talk.
Siapapun yang pernah dekat dan bergaul akrab dengan Jin Kyu Robertson pasti terkesan akan sambutan hangatnya, kekuatan, ketabahan, dan teladan kepemimpinannya yang inspiratif bagi orang lain. Beliau adalah individu yang langka, yang membuat semua orang di sekelilingnya ingin menjadi orang yang lebih baik.
Memiliki latar belakang yang kurang menguntungkan, cerita yang dimilikinya adalah mengenai kekuatan dari suatu ketekunan. Beliau adalah anak pemilik kedai dimana kedua orangtuanya tidak pernah sama sekali merasakan bangku sekolah. Selama masa awal remajanya, beliau bekerja membantu ibunya dengan pekerjaan rumah yang tak ada habisnya. Beliau juga harus menjaga adik laki-lakinya yang memiliki ‘kekurangan’. Jin Kyu mengatakan keadaan adiknya membuat ibunya menjadi pemabuk dan hal tersebut memperburuk cerita masa kecilnya. Bahkan ibunya sering kali berteriak mengatakan “Anak gadis tidak berguna! Kamu tidak berguna!” Mendengar ratapan ibunya yang memilukan itu, muncul kemarahan dalam hatinya yang mengatakan dengan keras “Mengapa? Apakah salahku terlahir sebagai seorang perempuan?”.
Meskipun beliau memiliki berbagai masalah dan tekanan mental, Jin Kyu berhasil menyelesaikan pendidikannya, bahkan kedua orangtuanya mengijinkannya untuk menyelesaikan SMP dan SMU. Beliau tidak memiliki uang untuk kuliah, sehingga beliau bekerja sebagai buruh pabrik, pelayan, dan pembantu rumah tangga. Suatu hari, beliau membaca sebuah iklan lowongan pekerjaan di koran untuk menjadi pembantu rumah tangga di Amerika. Beliau memutuskan untuk melamar pekerjaan tersebut, walaupun keluarganya menentangnya.
“Saat itu saya berumur 22 tahun dan saya tidak menguasai bahasa Inggris sama sekali”, ucapnya. ”Jadi yang saya lakukan adalah berlatih untuk berbicara menggunakan bahasa Inggris seperti ‘Selamat pagi’, ‘Selamat siang’, ‘Lewat sini, silakan’, dan ‘Selamat menikmati makan Anda’ serta kata-kata lainnya yang diperlukan,” katanya. Lowongan pekerjaan tersebut sudah terisi saat beliau sampai di New York, akan tetapi akhirnya beliau menemukan pekerjaan sebagai pelayan dan kemudian berganti menjadi penerima tamu di sebuah restoran di Wall Street.
Akhirnya beliau bertemu dan jatuh cinta kepada seorang laki-laki dari Korea, lalu menikah dan memiliki seorang putra. Akan tetapi kemudian beliau menemukan ternyata suaminya adalah seorang suami yang kasar dan beliau menjadi korban kekerasan tersebut. Dengan adanya masalah tersebut, beliau memilih untuk berpisah dengan suaminya dan menjadi seorang tentara Amerika Serikat.
Bahasa Inggrisnya tidak bagus dan usianya 10 tahun lebih tua dibandingkan calon tentara lainnya. Latihan dasar yang sangat melelahkan tidak membuatnya menyerah bahkan beliau menjadi orang pertama dari antara 200 orang yang menyelesaikan latihan tersebut. Beliau mengatakan bahwa beliau selalu berusaha untuk mengatasi semua kekurangan yang dimilikinya secara langsung. Sebagai contohnya Jin Kyu sebelumnya takut berada di ketinggian, sehingga beliau mendaftarkan diri di tentara Angkatan Udara Amerika yang memaksanya melakukan terjun payung dari helikopter. Namun akhirnya beliau menemukan kesempatan lain di Angkatan Darat dan Jin Kyu mengejarnya karena memang posisi tersebut memang disediakan khusus untuk imigran dari Asia.
Tentara Amerika Serikat mempekerjakan utusan khusus regional yang dikenal sebagai petugas luar negeri, kebetulan saat itu terdapat satu lowongan untuk ditempatkan di Jepang. Beliau mencoba mendaftar tetapi ditolak. Penolakan tersebut tidak menghentikannya. Beliau berkata “Saya menyukai program tersebut dan saya sangat menginginkan ikut serta sehingga saya berangkat ke Washington D.C untuk menemui para pengambil keputusan dan bertanya mengapa saya ditolak?” Beliau mengatakan para pejabat Angkatan Darat kuatir seorang perwira wanita akan menghadapi permasalahan jika ditempatkan di negara yang didominasi laki-laki seperti Jepang. Beliau menolak alasan tersebut dengan bertanya apakah pejabat Jepang memandang rendah Margaret Thatcher, mantan Perdana Menteri Inggris. Dan jawabannya fentu saja tidak. "Butuh satu hari saya menunggu dan mereka merubah keputusan itu akhirnya," katanya. Jin Robertson menjadi wanita pertama yang mewakili Angkatan Darat Amerika Serikat sebagai penghubung dengan Angkatan Darat Jepang.
Jin Kyu juga tetap fokus terhadap pendidikan. Beliau sudah menyadari sejak awal bahwa kunci untuk mewujudkan mimpinya adalah pendidikan. Beliau mulai kuliah sambil bekerja di New York. Selama di Angkatan Darat, beliau menyelesaikan program S2 di Harvard University jurusan Asia Timur, dan kemudian mendaftar pada sebuah program S3 yang memfokuskan pada Hubungan antara Amerika Serikat, Korea, dan Jepang. Setelah pensiun dari Angkatan Darat dengan pangkat Mayor, beliau kembali ke Harvard untuk menyelesaikan gelar PhD nya.
Setelah menyelesaikan gelar Doktornya, beliau mulai mendapatkan permintaan untuk menjadi pembicara motivasional. “Saya banar-benar tidak tahu kalau saya mampu berbicara di muka umum,” katanya. “Biasanya, tiap kali saya berpikir tentang pidato, walaupun hanya sebuah uraian singkat di Angkatan Darat, jantung saya selalu berdebar-debar dan saya sangat gugup, bahkan untuk minum air putih saja saya tidak bisa saat itu,” Beliau dapat bertahan dan dapat menemukan kepercayaan dirinya bertambah karena respon dari para penonton. Beliau mengatakan "Ada perasaan yang sangat gembira dan saya mengatakan "Wow, saya suka berbicara di muka umum”.
Jim Robertson mengatakan salah satu keberhasilan yang paling membanggakan adalah membesarkan putrinya, Jasmin. Berhasil lulus dari Harvard juga, Jasmine mengikuti jejak ibunya untuk bertugas di Angkatan Darat Amerika Serikat sebagai seorang Kapten.
0 comments: