Indonesia Menciptakan Roket Dan Satelit, Astronot Malaysia Jualan Sate Dan Soto







Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berpikir maju. Selalu mencari inovasi untuk membuat atau mencipta sesuatu yang berguna bagi kemajuan bangsa dan dunia.

Sejak awal tahun 1960-an Indonesia telah berjaya di ruang angkasa, negara ini telah dikenal luas dan memiliki teknologi angkasa.

FAKTA 1

Indonesia sedianya akan meluncurkan astronot dengan pesawat Challenger resmi NASA sebagai peneliti tahun 1987 yakni Dr. Pratiwi Sudharmono (Peneliti UI) dan Ir. Taufik Akbar (Ahli Teknik ITB)guna melakukan penelitian di ruang angkasa.

Tetapi sayang tertunda peluncuran akibat kecelakaan pesawat Challenger tahun 1986. Sampai tahun 1998, NASA masih mempersiapkan ke-2 orang tersebut. Tetapi akhirnya ke-2 calon astronot tersebut mengundurkan diri dengan alasan khusus.

Bandingkan dengan dengan Astronot Malingsial Sheikh Muszaphar Shukor yang tidak diterima sebagai astronot NASA, cuma ditawari sebagai partisipan saja.

FAKTA 2

Tahun 1964, Roket Kappa-8 buatan Indonesia-Jepang Pernah Melampaui orbit kosmonot Soviet dan astronot Amerika, saat Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) belum genap setahun umurnya, Indonesia telah mampu membuat roket ilmiah dan sukses meluncurkannya. Kala itu, 14 Agustus 1964, roket yang dinamai Kartika I meluncur dari stasiun peluncuran roket di Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.


Roket berbobot 220 kilogram yang dipersiapkan tujuh bulan saja itu dapat menangkap siaran satelit Tiros milik Amerika. Keberhasilan ini menjadikan Indonesia negara kedua di seantero Asia-Afrika setelah Jepang yang mampu meluncurkan roket buatan sendiri.

FAKTA 3

Dr. Mezak Ratag, astronom Indonesia menemukan beberapa interplanetary nebulae. Namanya diabadikan menjadi nama temuannya tersebut.Namanya telah diabadikan menjadi nama 120 PLANETARY NEBULAE yang ditemukannya sejak 1987. Namanya adalah cluster Ratag-Ziljstra-Pottasch-Menzies dan Ratag-Pottasch.Pria berdarah Manado yang lahir di Malang,Jawa Timur, 24 September 1962 itu mulai dari menjadi astronom ulung yang hasil karyanya telah diakui dunia internasional, hingga sekarang menjadi pakar pemodelan iklim yang mengajar di Program Pascasarjana Meteorologi dan Geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB).

FAKTA 4


Indonesia sudah jauh-jauh hari memiliki satelit dimana peluncurannya dilakukan di berbagai tempat di Cape Canaveral Florida, Cosmodrome Rusia, dan Guyana Perancis sampai India. Nama-nama satelit yang telah mengorbit di ruang angkasa:
Telkom telah meluncurkan satelitnya sejak tahun 1968.
Palapa A1
Palapa A2
Palapa B1
Palapa B2
Palapa B2P (diluncurkan pada 29 Maret 1987)
Palapa B2R (diluncurkan pada 13 April 1990)
Palapa B4 (diluncurkan dengan Delta 2 pada 14 Mei 1992; berakhir Mei 2003)
Telkom-1 (diluncurkan dengan Ariane V118 pada 12 Agustus 1999)
Telkom-2 (Milik Satelindo)
Palapa C2
Palapa C1
INASAT-1 - satelit pertama buatan Indonesia, diluncurkan tahun 2006)
LAPAN-TUBSAT - satelit mikro pertama Indonesia, diluncurkan pada tahun 2007

Gambar Satelit mikro LAPAN-TUBSAT buatan Indonesia


Bagaimana dengan Malingsial? Kepikiran meluncurkan satelit saja baru-baru ini dan buatan negara lain pula, sudah belagak pandai.

FAKTA 5

Kemampuan mahasiswa Indonesia di luar negeri ternyata cukup membanggakan nama Tanah Air. Dwi Hartanto, mahasiswa master di Universitas Teknologi Delft (TU Delft), Belanda, rencananya akan meluncurkan nanosatelit yang dinamakan Delfi-n3Xt pada pertengahan tahun 2010.

Mahasiswa Indonesia sedang mempresentasikan satelit buatannya, dan prototipe satelit Delft. 



FAKTA 6

Sejak tahun 1922, Indonesia telah memiliki stasiun pengamat bintang dan benda langit, bernama Observatorium Bosscha.


Hingga kini, Bosscha masih menduduki posisi sebagai observatorium terbaik di Asia Tenggara. Sejak berdirinya pada 1923, sekitar 500 kertas kerja telah dihasilkan. Itu berarti kontribusi Indonesia kepada dunia astronomi internasional begitu besar. Bahkan dari 120 kertas kerja dipertemuan astronomi internasional yang diadakan International Atronomical Union (IAU) --yang diikuti 270 peserta dari 24 negara di Asia Pasifik dan Eropa-- 30 kertas kerja berasal dari astronom Indonesia.

FAKTA 7

Indonesia memiliki 30 doktor bidang astronomi. Jumlah itu terbanyak di Asia Tenggara, yang disusul dengan Thailand dan Malingsial (dikit amat?).

FAKTA 8

Indonesia telah meluncurkan ROKET RX 420 sebagai perintis memiliki pengorbit satelit sendiri. Rencananya, uji coba akan dilanjutkan pada 2010 dengan roket yang diluncurkan merupakan gabungan dari RX 420-420 dan 2011 giliran gabungan 420-420 - 320 dan SOB 420.


Pada 2014 seluruh uji coba peluncuran roket selesai dan roket siap mengantarkan satelit dengan nama Nano Satelit dengan ketinggian 300 kilometer dan kecepatan 7,8 kilometer perdetik.

Pengorbitan satelit dengan wahana buatan sendiri ini akan menjadi prestasi pertama luar biasa yang bisa dipersembahkan putra terbaik bangsa.

Lapan juga menciptakan roket RX-150/120. Roket dengan daya jangkau 24 kilometer tersebut berhasil diluncurkan dari wahana bergerak (Panser) pada 31 Maret 2009.

Lapan juga telah melakukan uji coba peluncuran roket RX D230 (RX122) dengan daya jangkau 14 kilometer dapat diluncurkan dengan launcher tabung. Roket berdaya jangkau 10 kilometer itu berfungsi untuk mengetahui kondisi lapangan sebelum seorang marinir diterjunkan itu diuji coba peluncurannya pada 5 Mei 2009.

Selain itu, LAPAN sedang mengujicoba roket penangkal petir untuk melindungi fasilitas penting dan roket untuk membuat hujan buatan.

FAKTA 9

Untuk membungkam Malingsial yang sering berulah, Departemen Pertahanan RI dan TNI AU telah memesan 10.000 roket Fin Folding Aerial Rocket dari PT Dirgantara Indonesia menyusul kebijakan pemerintah yang memprioritaskan penggunaan produksi dalam negeri. Kapasitas 10.000 unit itu untuk satu shift kerja. Apabila permintaan naik, PT Dirgantara Indonesia mampu berproduksi hingga 20.000 unit.

Roket jenis FFAR memiliki tiga tipe berdasarkan diameter serta jarak luncur, yakni tipe MK 60 dengan diameter 100 mm serta tipe MK4 dan MK40 berdiameter 67 mm. Pada TNI AU, roket ini biasa digunakan sebagai senjata untuk jet tempur.

FFAR memiliki kemandirian teknologi yang sulit diketahui negara lain, sebab proses produksinya ditangani seluruhnya oleh personel BUMN strategis itu.

FAKTA TOLOL MALINGSIAL

Pertama, Malingsial sangat berbangga hati dan bengang dengan astronotnya yang diluncurkan melalui Soyuz Rusia dengan sistem imbalan. Rusia kasihan melihat Malingsial yang merasa gengsi dengan Indonesia, sehingga terburu-buru menaikkan astronotnya agar disebut sebagai orang pertama di Asia Tenggara yang mengorbit di angkasa.

Disini letak kebodohan Malingsial, Astronotnya itu masih keturunan orang Indonesia juga, sesuai ucapannya sendiri ketika berada di Bandung:

“Kedua orang tua saya sebenarnya asli Minangkabau, Sumatera Barat. Maka itu jangan sebut saya Astronot Malaysia tapi sebut saja saya Angkasawan Melayu,” ujar Sheikh Muszaphar saat melakukan kunjungan ke Observatorium Boscha Bandung bersama Menristek Kusmayanto Kadiman, Sabtu (15/12/2007).

Kedua, Kerajaan Malingsial juga bengang, dan terkesan memaksakan diri, dengan mencoba berjualan sate dan soto di Angkasa dan menawarkannya kepada kosmonot-kosmonot Rusia, dimana sate dan soto itu didapatkan dari pedagang kaki lima pinggir jalan di Penang dan Kuala Lumpur yang kotor dan jorok.




Ketiga, Malingsial sungguh-sungguh tidak bisa membedakan antara mana Printer dan Roket. Roket RX 420 dianggapnya printer Epson RX 420, dan roket dianggapnya alat pencetak kertas...

Nampaknya di Malingsial sana, belum mengenal printer deskjet atau inkjet ataupun laset jet... sepertinya mereka masih mencetak dengan typewriter merk Remington buatan tuan British atau India.

Keempat, sudah jelas-jelas antara roket dan manusia, itu beda. Roket Indonesia dibuat untuk program berkelanjutan sampai Indonesia bisa meluncurkan satelit sendiri,sementara Malingsial cuma mengirimkan astronot saja ke angkasa, tahun-tahun berikutnya entahlah, tidak ada kesempatan, mungkin ia harus beli ratusan kapal pejuang jet dari Amerika dulu kali untuk ditukar dengan 1 astronot, cape deh...

Jelas Indonesia lebih unggul dari Malingsial yang tahap pemikirannya masih primitif...pikir..

0 comments: